Jumat, 03 April 2009

Sebelas Investor Tambang Siap Tanam Modal USD 9,7 Miliar

Sektor pertambangan di tanah air agaknya masih menjadi primadona. Buktinya, meski harga komoditas di pasar dunia terus merosot, minat investor di sektor itu tetap tinggi. Sekretaris Ditjen Mineral, Batu bara, dan Panas Bumi (Minerbapabum) Departemen ESDM Witoro Soelarno mengatakan, hingga awal tahun ini sudah ada 11 investor yang mengajukan rencana investasi di sektor tambang. ''Total nilai investasinya USD 9,73 miliar,'' ujarnya di Jakarta akhir pekan lalu.

Menurut dia, rencana investasi tersebut terdiri dari beberapa proyek tambang dan fasilitas pengolahan (smelter), mulai nikel, tembaga (copper), alumina, hingga bijih besi (iron ore). ''Namun, yang terbanyak adalah investasi di bidang nikel,'' katanya.

Dia menuturkan rencana investasi terbesar adalah proyek pengembangan tambang nikel di Halmahera dan Papua Barat senilai USD 2,5 miliar. Lalu, disusul proyek tambang nikel di Sulawesi Utara senilai USD 2 miliar. ''Saat ini, proyek di Sulut masih dalam tahap negosiasi,'' terangnya.

Investasi ketiga adalah proyek pengembangan hydrometalurgi nikel di Sulawesi Selatan dengan rencana investasi USD 1,1 miliar. Lalu, proyek pengolahan (smelter) grade alumina di Kalimantan Barat USD 839 juta dan proyek smelter nikel di Sulawesi Tenggara USD 700 juta.

Investasi keenam adalah tambang nikel di Pomala, Sulawesi Tenggara, senilai USD 650 juta. Kemudian, proyek smelter grade alumina di Bintan, Riau, dengan rencana investasi USD 500 juta, dan proyek chemical grade alumina di Tayan, Kalimantan Barat, dengan rencana investasi USD 250 juta.

Investasi kesembilan adalah ekspansi tambang tembaga di Papua Barat dengan rencana investasi USD 100 juta. Kemudian, proyek tambang bijih besi di Bintan, Riau, dengan rencana investasi USD 60 juta. Investasi kesebelas adalah proyek pengolahan tembaga di Bontang, Kalimantan Timur, dengan rencana investasi USD 1,04 juta. (owi/dwi)

Sumber : Jawapos online, 12 Januari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar